Main » 2012»July»26 » Inovasi Pembangkit Listrik Tenaga Hampa (PLTH)
8:34 PM
Inovasi Pembangkit Listrik Tenaga Hampa (PLTH)
imgae by ( http://images.tempo.co/?id=131456&width=620 )
INOVASI itu bermula dari kandang ayam. Syahdan, suatu hari pada 1997,
Slamet Haryanto yang sehari-hari bekerja sebagai tukang servis dinamo di
kediamannya, Desa Ngroto, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa
Timur, dimintai tolong oleh salah seorang tetangga untuk membuatkan
sumber listrik bagi kandang ayamnya.
Semula sang tetangga meminta dibuatkan kincir angin. Tapi, setelah
diutak-atik oleh Slamet yang hanya lulusan SD itu, yang tercipta adalah
sebuah generator berkapasitas 2.000 watt. Pesanan sang tetangga beres,
Slamet tak puas. Sembari tetap melayani servis, dia terus mengutak-atik
dinamo. Tentu dengan biaya sendiri yang menurut bapak tiga anak itu
cukup menguras koceknya.
Tapi, perlahan, kegigihannya berbuah. Pada 2008, mulailah tercipta
prototipe pembangkit listrik tenaga hampa. Alat generator tanpa BBM yang
mirip solar cell (panel surya) tersebut memanfaatkan arang batok kelapa
sebagai karbon monoksida yang ditempelkan di panel. Satu panel mampu
menghasilkan 1.500-2.000 watt listrik.
"Saya sebut pembangkit listrik tenaga hampa karena memang tidak ada
suaranya, tidak menggunakan BBM, dan tidak perlu panas matahari tapi
mampu menghasilkan energi listrik," ungkap Slamet yang biasa disapa
Embing seusai dikunjungi Bupati
Malang Rendra Kresna di bengkel servis dinamonya yang juga menjadi
tempat produksi PLTH di Pujon, Malang, Selasa lalu (24/5).
saat ini PLTH
made in Slamet telah mampu menghasilkan kapasitas 15 ribu watt dengan
daya tegangan 220 volt. Kapasitas itu dicapai secara bertahap, mulai
1.000, 2.000, terus ke 6.000 watt hingga mencapai kemampuan maksimal
yang sekarang.
Pembangkit ala Embing bekerja dengan mengandalkan arus bolak-balik dari
panel, travo, aki, mesin pendorong, dan kapasitor. Sebagai penggerak
awal, digunakan aki berkekuatan 6 volt yang biasa terpasang di sepeda
motor.
PLTH itu memiliki keunggulan mampu bertahan hidup nonstop selama 24 jam.
Syaratnya, listrik yang dihasilkan harus terus digunakan, entah itu
untuk menyalakan kulkas, lampu, televisi, atau alat elektronik lainnya.
"Secara otomatis, kalau listrik itu digunakan, PLTH akan memproduksi
listrik secara terus-menerus pula. Kalau tidak digunakan, PLTH akan mati
dan harus dipancing dengan aki lebih dulu," jelasnya.
Panel-panel yang terpasang berfungsi menyimpan listrik 1.500"2.000 watt
per panel. Besaran daya yang dihasilkan bergantung banyaknya panel yang
dipasang. Jadi, untuk menghasilkan 10 ribu watt, misalnya, tinggal
disiapkan lima panel.
Satu panel membutuhkan sekitar 3 kilogram karbon monoksida yang
dihasilkan dari arang batok kelapa yang dibeli Slamet dari petani
kelapa. "Sebenarnya pakai batu bara juga bisa. Tapi, limbahnya
berbahaya," ujar Slamet.
Dia menjual hasil temuan itu sejak empat tahun silam. Lewat gethok tular
(dari mulut ke mulut), pasar produk listriknya terus meluas. Namun,
Slamet tetap berhati-hati melayani pesanan.
Selama digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, industri rumahan, atau
kepentingan umum seperti penerangan di daerah terpencil, Slamet
melayani. "Kebanyakan pembelinya saat ini dari luar Pulau Jawa," ungkap
pria yang memperoleh keterampilan listrik dari pamannya yang juga
bekerja sebagai tukang servis dinamo tersebut.
Kehati-hatian itu dia perlukan karena hasil karyanya belum dipatenkan.
Slamet khawatir ada pihak-pihak yang memesan hanya untuk menyontek dan
kemudian diproduksi masal tanpa seizin dirinya.
Harga yang dipatok relatif murah. Untuk PLTH berkapasitas 1.000 watt
yang menghabiskan biaya pembuatan sekitar Rp 4 juta, Slamet menjualnya
sekitar Rp 5 juta. Dia untung Rp 1 juta dengan masa penggarapan alat
sekitar tiga hari.
Meski Slamet tak sembarangan melayani pesanan, hasil karyanya toh
akhirnya terdengar sampai ke Jakarta. Menteri BUMN Dahlan Iskan telah
memesan satu unit berkapasitas 10 ribu watt. "Pak Dahlan sudah telepon
saya dan bilang akan berkunjung ke sini bersama direktur Utama PLN (Nur
Pamudji)," katanya.
Selain Dahlan, PLN memesan 1.000 unit pembangkit buatan pria kelahiran
Lumajang, 9 September 1959, tersebut. Begitu pula Badan Penanggulangan
Lumpur Sidoarjo (BPLS) yang memesan lima unit serta beberapa perusahaan
asing.
Keluhan Slamet mengenai hak paten juga langsung direspons Bupati Malang
Rendra Kresna. Rendra berjanji membantu pengurusan hak paten tersebut ke
Kementerian Kehakiman, berkoordinasi dengan Universitas Brawijaya
Malang.
"Saya sangat bangga atas hasil temuan Pak Embing. Meski sudah lama
diproduksi, baru kali ini saya mengetahuinya. Kami akan membantu
pengurusan hak ciptanya. Ini temuan yang sangat berharga bagi masa depan
energi bangsa Indonesia," tegas Rendra.
Dia juga memesan satu unit karya Embing sekaligus menyerahkan bantuan
uang tunai Rp 15 juta guna mengganti biaya yang dikeluarkan dalam riset
PLTH. "Saya pesan satu unit PLTH yang akan saya pamerkan di Pendapa
Kabupaten Malang bersama hasil temuan dan kreasi warga Kabupaten Malang
lainnya yang sangat berharga. Nanti PLTH juga dimanfaatkan untuk
dusun-dusun yang belum teraliri listrik," tambahnya.
Besarnya perhatian berbagai pihak itu tentu sangat disyukuri Embing. Dia
pun berharap nanti bisa mendapat solusi untuk mewujudkan impiannya
selama ini: memproduksi hasil karyanya itu secara masal. "Selama ini
saya terkendala biaya, sehingga belum bisa melayani permintaan pembeli
dalam jumlah besar," ungkapnya
Sumber : http://www.jpnn.com/read/2012/07/26/134865/Pria-Lulusan-SD-Ciptakan-Pembangkit-Listrik-Tenaga-Hampa